Minggu, 23 Desember 2018

Pertemuan Kecil di Kejauhan

Mengirim...

Loading yang terasa lama kalau kupikir. Mengirim sebuah gambar dengan banyak tulisan yang sebenarnya tak aku mengerti apa tujuannya.

Belum ada yang melihat.

Setidaknya kalimat itu akan bertahan beberapa waktu ke depan, digantikan oleh nama-nama akun yang mayoritas kukenal di dunia nyata dan maya.

"Buat apa sih ngirim ginian?" tanyaku pada diri sendiri.

Seraya mengabaikan ponsel sejenak. Aku melanjutkan kegiatan lain. Apapun itu.

Masih belum ada.

Diam-diam sesuatu terpatri. Hoo, aku menunggu seseorang, ya? Untuk apa ditunggu kalau aku tak menujukan kalau itu untuknya? Sebenarnya apa yang kumau, huh?

Hampir tengah malam, belasan jam berlalu sejak gambar terakhir itu kumasukkan dalam insta-story. Well, aku meragukan kalau itu dinamakan cerita.

Beda 4 jam, mungkin lagi mau istirahat.

Intuisi bandelku lagi-lagi mengoceh, sementara otak ini enggan mengakui kalau aku tengah menunggu. Ayolah, tak ada gunanya.

Namun tanganku bergerak semaunya, menekan kembali fitur sama seperti tadi siang.

Gambar kosong, kelabu berisi satu kata.

Dissapeared

Lantas satu kata itu kembali muncul saat pengiriman. Masih pengiriman yang lama. Ujung kanan ponselku menunjukkan pukul 00:57.

Begitu terkirim, satu nama pengguna keluar. Bukan nama seorang idol atau apa, namun mampu membuat jantungku menyentak amat kencang. Satu sentakkan kencang saat melihatnya.

Akhirnya, kami berpapasan.

Bertemu.

Berkomunikasi.

Cukup? Aku menegaskan pada diriku sendiri. Kebiasaan bodoh yang hampir kulakukan setiap hari. Hanya untuk melihat nama itu. Lalu dengan naifnya berkata kalau itu adalah sebuah komunikasi.

Komunikasi jarak jauh di mana langit antara kami membentang begitu jauh, dan waktu yang berbeda terus bergulir.

Cukup bagiku.

Setidaknya aku tahu, Kau ada.

Selasa, 18 Desember 2018

Unknown Letter

Entah kenapa aku menuliskan ini. Tapi aku tahu satu hal, karena aku baik-baik saja. Karenanya aku bisa menuliskan hal seberat itu.